ANALISA
KELAYAKAN USAHA TERNAK RUSA TIMOR
(Cervus
timorensis) DI DISTRIK KURIK
KABUPATEN
MERAUKE PAPUA
Oleh
:
Heny
Vensye Saiya
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rusa merupakan salah sumber daya
genetic yang ada di Negara Indonesia. Terdapat empat spesies rusa endemic
di Inonesia yaitu : rusa sambar (Cervus unicolor), rusa timor (Cervus timorensis),
rusa bawean (Axix kuhli) dan muncak (Muntiacus muntjak). Pada awalnya rusa
merupakan satwa liar tetapi saat ini pemerintah telah menetapkan status rusa
sebagai hewan liar yang dapat didomestikasi melalui SK Menteri Pertanian No
362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei 1990.
Rusa timor yang ditemui di Kabupaten
Merauke merupakan hewan introduksi yang dimasukkan pada tahun 1928 oleh
Pemerintah Belanda ke Merauke (Papua) kemudian ke Manokwari (Papua
Barat). Di kedua daerah tersebut perkembangan populasi rusa sangat pesat
karena tidak dijumpai hewan predator yang membahayakan perkembangan rusa.
Pada tahun 1984, Bishop (1984) memperkirakan jumlah rusa di luar kawasan Taman
Nasional Wasur yang ada di Distrik Sota Kabupaten Merauke berjumlah 16.000 ekor
dan menurut Fraser-Stewart (1989), jumlah rusa yang ada di Taman Nasional
Wasur sendiri mencapai 76.740 ekor. Hasil survey intensif oleh
Cravenv pada tahun 1992, jumlah populasi rusa adalah 8.100 (Data dari Dinas
Peternakan Kabupaten Merauke).
Masyarakat di kabupaten Merauke
sejak dulu telah mengkonsumsi daging rusa sebagai sumber protein hewani
disamping daging sapi, ayam dan kangguru. Daging rusa selama ini juga
diolah menjadi dendeng, bakso, nugget dan sate. Selain berkontribusi
sangat besar terhadap pemenuhan protein, hasil sampingan rusa timor banyak
memberikan manfaat bagi manusia, dimana canggah/velvetnya dapat dimanfaatkan
sebagai obat, kulit rusa digunakan dalam pembuatan souvenir dan sebagai hiasan
dinding sedangkan tanduk rusa dapat digunakan sebagai obat.
Sampai sejauh ini pengelolaan
peternakan rusa masih bersifat hobi memelihara hewan eksotis, hanya beberapa
orang saja yang telah memelihara untuk menghasilkan daging. Melihat potensi
rusa yang sangat baik, perlu diupayakan untuk melakukan analisa kelayakan usaha
ternak rusa, agar masyarakat mengetahui sejauh mana beternak rusa itu dapat
memberikan hasil berupa pendapatan materi yang layak bagi peternak lokal
didaerah kabupaten Merauke.
B.
Tujuan
Menganalisan kelayakan usaha pemeliharaan rusa timor (cervus timorensis)
dan memberikan masukan bagi pemerintah daerah untuk dapat memaksimalkan ternak
plasma nuftah tersebut di Kabupaten Merauke.
II.
METODE PENULISAN
Kegiatan penulisan ini menggunakan literatur. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder bersumber dari teori dan
kutipan artikel dari internet maupun buku-buku yang terkait. Analisis data dan
pembahasan dilakukan melalui pendekatan deskriptif.
III.
PEMBAHASAN
A.
Profil Daerah
Luas Wilayah Kabupaten Merauke
adalah 45.071 Km² atau 37,64% dari luas wilayah sebelum dimekarkan. Sesuai UU
No. 26 Tahun 2002 Kabupaten Merauke di mekarkan menjadi 4 Kabupaten dengan
demikian wilayah Administrasi Pemerintahan kini terdiri atas : 20 Distrik,
yaitu Distrik Merauke, Kurik, Tanah Miring, Semangga, Sota, Jagebob, Okaba,
Ulilin, Elikobel, Muting, Kimaam, Malind, Animha, Tabonji, Ilwayab, Waan,
Kaptel, Tubang, Ngguti dan Naukenjaerai.
Dalam skala Provinsi, Kabupaten
Merauke terletak di ujung Timur Pantai Selatan Papua dan secara astronomis
terletak antara 137º40’-141º0’ BT dan 6º30’-9º10’ LS. Umumnya keadaan Merauke
berdataran rendah dan berawa, terdapat di daerah pantai dengan kemiringan 0 – 3
%. Dataran tinggi bergelombang berada semakin ke Utara (Pedalaman) dengan
kemiringan 3 – 8 % yang ditutupi hutan tropis. Kondisi ketinggian Merauke dari
permukaan laut 0 – 20 M.
Gambar 1 Peta Kabupaten Merauke (warna biru)
Perbedaan musim hujan dan kemarau
sangat tegas. Musim hujan sekitar bulan Desember – April dan musim
kemarau bulan Mei – Nopember. Curah hujan rata–rata 1.200 – 1.500/thn.
Rata-rata hari hujan 90 – 120 hari/thn. Suhu rata-rata 25o –
30o. Kondisi Hidrologi Kabupaten Merauke didaerah Pantai Selatan
sebagian besar berawa dan dialiri oleh beberapa sungai besar (Digoel, Bian
Kumbe, Maro dan Bulaka).
Dari data yang diperoleh di
Kabupaten Merauke terlihat jelas potensi yang ada di 11 distrik. Penentuan
kawasan agribisnis di Kabupaten Merauke contohnya peternakan tentunya harus
melihat potensi lahan yang ada. Luas wilayah dan kondisi lahan di
Kabupaten Merauke sangatlah memungkinkan untuk pengembangan sektor peternakan.
Antara lain potensi pengembangan 576.588 ha, daya dukung lahan 342.872 ST,
prospek pengembangan ternak 329.723 ST, Populasi ternak sapi 10.396 ST dan
Populasi ternak besar 13.149 ST. Potensi pengambangan terdapat pada lahan-lahan
potensial di sepanjang Sungai Maro, Sungai Bian dan Pulau Kimaam. Yang didukung
dengan ketersediaan vegetasi pakan dalam bentuk padang rumput. Demikian pula
tanaman pangan sebagai penghasil limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak rata-rata 18.000 – 20.000 Ha/tahun.
a. Kecamatan Merauke /
Kurik/ Semangga/ T.Miring/ Jagebob/Sota
-
potensi lahan : 1.797.109,19
-
baru digunakan : 30.562,00
b. Kecamatan
Muting/Ulilin/Elikobel
-
potensi lahan :
299.249,39
-
baru digunakan : 14.784,00
c. Kecamatan Okaba
-
potensi lahan
: 34.123,00
-
baru digunakan
: 296,00
d. Kecamatan Kimaam
-
potensi lahan : 97.187,20
-
baru digunakan
:
443,00
Melalui data di atas, tentunya masih
banyak terdapat lahan kosong yang bisa digunakan untuk pengembangan
di bidang peternakan khususnya tempat untuk pemeliharaaan dan lahan untuk
penanaman rumput sebagai sumber pakan ternak.
Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan
akan daging secara keseluruhan, kabupaten Merauke belum mampu menyediakan
ternak dari daerah sendiri (khususnya daging sapi dan ayam), sehingga harus
mendatangkan ternak sapi dan produk ayam dari provinsi Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Walau demikian selama ini masyarakat Merauke lebih banyak mengkonsumsi
daging rusa timor yang merupakan daging dari hasil buruan.
B.
Potensi Rusa Timorensis (Cervus
timorensis)
Rusa di Propinsi Papua merupakan
hewan introduksi yang dimasukkan pada tahun 1928 oleh Pemerintah Belanda ke
Merauke kemudian ke Manokwari (Vogelkop). Jenis rusa yang dimasukkan itu
adalah rusa timor (Cervus timorensis) sejak saat itu berkembang dan menyebar ke
seluruh wilayah Papua (Petocz, 1987).
Rusa merupakan satwa timor yang
termasuk anggota Klas Mamalia, Ordo Artiodactyla, Sub Ordo
Ruminansia, Famili Cervidae dan Genus Cervus. Genus Cervus terdiri dari dua
species yaitu Cervus timorensis (Rusa Timor), dan Cervus unicolor
(Rusa Sambar). Rusa timor dikenal juga dengan nama rusa Jawa, secara morfologi
memiliki warna bulu coklat abu-abu sampai coklat tua kemerahan dan yang
jantan warnanya lebih gelap. Warna di bagian perut lebih terang dari pada di
bagian punggungnya.
Tinggi bahu rusa betina dewasa
100 cm, sedangkan yang jantan dapat mencapai 110 cm. Panjang badan dengan
kepala kira-kira 120 – 130 cm, panjang ekor 10 – 30 cm. Sedangkan bobot
badannya dapat mencapai 100 kg.
Rusa jantan dewasa memiliki ranggah
atau tanduk yang bercabang tiga, dengan ujung-ujungnya yang runcing , kasar dan
beralur memanjang dari pangkal hingga ke ujung ranggah. Panjang ranggah
rata-rata 80 – 90 cm, tapi ada yang mencapai 111,5 cm.
Habitat rusa timor berupa hutan,
dataran terbuka serta padang rumput dan savanna. Rusa timor diketemukan di
dataran rendah hingga pada ketinggian 2600 m di atas permukaan laut (Direktorat
PPA, 1978). Padang rumput dan daerah-daerah terbuka merupakan tempat mencari
makan, sedangkan hutan dan semak belukar merupakan tempat
berlindung. Salah satu tempat berlindung yang disukai oleh rusa timor
(Cervus timorensis) adalah semak-semak yang didominasi oleh
kirinyuh (Eupatorium spp.), saliara (Lantana camara), gelagah (Saccarum
spontaneum) dan alang-alang (Imperata cylindrica). Rusa timor
termasuk satwa yang mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kering bila
dibandingkan dengan jenis rusa yang lain, karena ketergantungan terhadap
ketersediaan air relatif lebih kecil. Dengan kemampuan adaptasi yang baik
ini rusa timor mampu berkembangbiak dengan baik di daerah-daerah meskipun bukan
habitat aslinya.
Berdasarkan beberapa contoh
perkembangan rusa timor (Cervus timorensis) di daerah yang bukan
merupakan habitat aslinya, terbukti bahwa populasi rusa timor (Cervus timorensis)
dapat berkembang pesat di daerah-daerah yang bukan merupakan habitat aslinya,
misalnya di Papua, Maluku dan Kalimantan bila dibandingkan dengan populasi di
habitat aslinya, terutama di Pulau Jawa dan Bali.
Rusa merupakan salah satu satwa liar
yang banyak memberikan manfaat bagi manusia, dimana canggah/velvetnya dapat
dimanfaatkan sebagai obat, kulit rusa digunakan dalam pembuatan souvenir dan
sebagai hiasan dinding sedangkan tanduk rusa dapat digunakan sebagai obat.
Pemanfaatan rusa yang berlebihan dan tidak terkendali dapat mengakibatkan
penurunan populasi satwa tersebut di alam.
Daging rusa (venison) mempunyai
persentase karkas 58 % (sapi 41 % dan domba 43 %). Komposis energi yang
dihasilkan dari lemak daging pada rusa 22 % (sapi 33 % dan domba 35-47 %),
energi daging mencapai 628 jouls / 100 g. Kandungan protein daging 21 %
(tetap dengan bertambahnya umur) dan 40 % dari bagian karkas belakang
(3/4 bagian karkas belakang mempunyai harga tinggi).
C. Kondisi Suplai
Daging di Kabupaten Merauke
Pertumbuhan industri peternakan rusa di seluruh dunia diperkirakan sekitar
15-20% per tahunnya. Tingginya minat orang untuk memelihara rusa juga
karena sifat rusa : a) Relatif tahan terhadap perubahan cuaca dan penyakit, b)
Tinggi tingkat produktivitas anaknya, c) Tinggi nilai konversi pakannya (jumlah
pakan menjadi daging), d) Tinggi produksi karkasnya, dan e) Produk daging rusa
yang memenuhi spesifikasi keinginan konsumen masa kini.
Gambar 2 Data Produksi Daging
menurut Jenis Ternak Tahun 2008 di Kabupaten Merauke
Dari data tersebut terlihat daging rusa belum tercatat karena daging rusa yang
tersedia di pasaran berasal dari hasil perburuan, sehingga petugas dari dinas
Peternakan kesulitan untuk mendata berapa besar konsumsi daging rusa di
Kabupaten Merauke.
Perkiraan data hanya berupa data mentah berapa banyak rusa yang diburu yang
melewati pintu keluar Jagawana Kehutanan di daerah Taman Nasional Wasur yang
berada di Distrik Sota. Diperkirakan setiap harinya jumlah rusa yang diburu
mencapai 20 ekor/hari. Jumlah hewan rusa timor yang masih terbilang
banyak dan dukungan kondisi daerah yang baik dapat memberikan hasil yang baik
apabila pengelolaan manajemen pemeliharaan baik. Hal tersebut akan memberikan
output yang baik dari segi karkas yang dihasilkan maupun pendapatan bagi
peternak.
D.
Aspek Legalitas
Peternakan rusa timor yang diusahakan oleh masyarakat di Distrik Kurik belum
mempunyai surat Ijin domisili usaha, Surat Ijin Usaha Perusahaan (SIUP),
Surat tanda pendaftaran industri kecil dan Nomor Peserta Wajib Pajak
(NPWP). Hal ini disebabkan karena skala usaha yang tergolong kecil dan
belum ada Perda yang mengatur tentang peternakan rusa timor. Para
peternak ini hanya dicatat keberadaan usahanya oleh Dinas Peternakan Kabupaten
Merauke. Dari data diperoleh jumlah peternak rusa timor di Distrik Kurik
berjumlah 10 KK dan jumlah populasi 44 ekor. Rata-rata kepemilikan rusa
timor per kepala keluarga adalah 4,4 ekor.
E.
Aspek Manajemen
Pengelolaan peternakan rusa timor di Distrik Kurik masih bersifat tradisonal,
dimana dikelola secara mandiri oleh keluarga. Penentuan ternak rusa timor
dijual atau tidaknya diputuskan oleh kepala keluarga atau anggota keluarga yang
memeliharanya.
F.
Aspek Teknis Produksi
1.
Rusa
Dilihat dari segi reproduksi, rusa
termasuk satwa liar yang produktif, masa reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5
tahun sampai 12 tahun, rusa dapat bertahan hidup antara umur 15- 20 tahun. Anak
rusa umur 4 bulan dapat mencapai bobot badan 17,35 kg untuk jantan dan 16,15 kg
betina. Pada umur satu sampai dua tahun rusa sudah bereproduksi, dengan
lama bunting antara 7,5 bulan sampai 8,3 bulan. Bila ditangani secara intensif,
satu bulan setelah melahirkan rusa sudah dapat bunting lagi terutama bila
dilakukan penyapihan dini dengan anak yang dilahirkan, umur sapih anak rusa
secara alami yaitu 4 bulan. Setiap tahun rusa dapat menghasilkan anak, biasanya
anak yang dilahirkan hanya satu ekor.
Menurut hasil penelitian, sebaiknya
dalam penangkaran dianjurkan jumlah betina lebih banyak dibanding jantan karena
satu ekor rusa jantan dapat mengawini empat ekor betina. Laju pertumbuhan
populasi pada penangkaran sistem ranch lebih cepat yaitu 50% per tahun
dibandingkan dengan penangkaran skala kecil dengan sistem kandang. Berat badan
dan berat karkas rusa di penangkaran dengan sistem ranch lebih besar dibanding
berat badan dan berat karkas pada sistem kandang. Berat badan rata-rata rusa
timor jantan dewasa dalam ranch umur 8 tahun dapat mencapai 70 kg dengan berat
karkas 31 kg, sedangkan berat badan rusa jantan umur 5 tahun dengan sistem
kandang sebesar 23 kg, dengan berat karkas 10 kg.
Rusa yang digunakan untuk
pemeliharaan ini sebanyak 6 ekor yang terdiri dari rusa induk betina sebayak
2 ekor, jantan dewasa 1 ekor, jantan muda 1 ekor dan 2 ekor betina muda.
Rusa muda dijual dengan harga Rp. 850.000,- sedangkan rusa dewasa atau betina
afkir dijual dengan harga Rp. 1.000.000,-.
2.
Lokasi Lahan
Lahan yang digunakan untuk
pemeliharaan rusa sebaiknya berada di lokasi yang tenang, aman, mudah dicapai,
baik pada berbagai kondisi cuaca atau musim. Tersedia air sepanjang
tahun, permukaan tanah tidak berbatu. Lapangan rerumputan atau padang
savanna, topografi rata sampai bergelombang ringan dan tersedia pohon-pohon
peneduh atau semak-semak.
Distrik Kurik adalah distrik yang
dihuni oleh sebagian besar masyarakat transmigran asal Jawa sehingga merupakan
daerah lahan terbuka untuk pertanian dan perkebunan. Rata-rata jumlah
kepemilikan lahan peternak adalah 1 ha. Lahan yang digunakan dalam pemeliharaan
ternak rusa timor diperuntukkan untuk kandang dan padang rumput.
3.
Tenaga Kerja
Usaha pemeliharaan ternak rusa di
masyarakat termasuk dalam skala kecil. Tenaga kerja yang digunakan dapat
berasal dari dalam keluarga maupun dari luar. Di lapangan tidak ada
tenaga kerja dari luar keluarga. Tenaga kerja dari keluarga tidak
dipertimbangkan untuk dibayar hasil kerjanya.
4.
Kandang
Rusa dapat dipelihara dalam bentuk
diikat, dikandangkan atau di lepas dalam padang umbaran. Masyarakat di
kabupaten Merauke banyak memelihara rusa dengan cara diikat tetapi ada juga
dengan cara dikandangkan dengan tipe kandang tanpa panggung. Hal ini
mengingat sifat rusa yang sangat waspada, sehingga adanya gerakan di bawah
panggung seringkali akan membuat rusa menjadi stress.
Di Merauke, masyarakat memanfaatkan ketersediaan batang pohon kayu yang kering
sebagai bahan pembuat rangka kandang dan dinding kandang. Dinding kandang
juga ada yang terbuat dari bambu. Kandang ada yang beratap dan ada yang
tidak. Letak kandang yang beratap biasanya dibawah naungan pohon.
Atap kandang biasanya menggunakan atap kombinasi atap rumbia dan kulit kayu
bus. Pada kandang yang menggunakan atap seng, tinggi kandang sebaiknya
lebih dari 2 meter. Luasan kandang untuk rusa dewasa 3m2 (1,5
x 2m).
Biaya untuk pembangunan kandang seluas 20m2 pada lahan seluas 1 ha
untuk 6 ekor rusa menghabiskan dana sebesar Rp. 375.000,-. Pembangunan
kandang kembali setelah tahun ke 5 dengan biaya Rp. 562.000,-
5.
Pakan
Rusa adalah ternak pemakan hijauan.
Berbeda dengan rusa sambar (Cervus unicolor) yang memakan lebih banyak
jenis dedaunan, rusa timor lebih banyak memakan rerumputan. Hal ini
disebabkan karena habitat rusa timor cenderung ke padang savanna sedangkan rusa
sambar di hutan lebat. Rusa termasuk hewan yang menyukai hampir semua
jenis hijauan dan mampu beradapasi dengan perubahan pakan.
Tabel 1 Jenis Hijauan yang
Dimakan Rusa Timor
Jenis
Hijauan Pakan
|
Rumput gajah (Pennisetum
purpureum)
Rumput raja (Pennisetum
purpuphoides)
Rumput setaria (Setaria
sphacelata)
Rumput benggala (Panicum
maximum)
Rumput pait (Paspalum
conyugatum
Lamtoro (Leucaena leucocephalla)
Turi (Sesbania grandiflora)
Alang alang (Imperata
cilindrica)
|
Pemberian hijauan sebesar 10 %
dari bobot badan dikali dua atau 5-7 kg/ekor/hari, diberikan
sebanyak 3 kali pagi siang dan sore. Penambahkan garam dan mineral diperlukan
jika di masyrakat tidak diberikan karena mengingat pada pagi hingga sore hari,
rusa dibiarkan merumput di lahan terbuka. Pakan tambahan diberikan 3 kali
seminggu sebanyak 0.5 kg/ekor/hari. Air minum diberikan secara ad libitum yang
bersumber dari air sumur.
Biaya kebutuhan pakan konsentrat
berupa ampas tahu adalah sebesar Rp. 1.000,-/kg dan biaya hijauan rumput tidak
ada karena berasal dari lahan pasture.
6.
Obat-obatan
Rusa cenderung memiliki daya tahan
tubuh yang lebih baik terhadap serangan penyakit. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa rusa timor dan rusa sambar mempunyai daya tahan terhadap
serangan cacing yang kuat, demikian pula dengan serangan kutu dan caplak.
Obat yang digunakan untuk menghindari lalat dan caplak adalah dengan pemberian
bubuk khusus anti lalat dan caplak pada hewan, di seluruh tubuh atau di daerah
yang spesifik pada tubuh rusa. Yang perlu diperhatikan adalah diusakan
tidak memelihara dua jenis ternak dalam satu kandang yang sama, agar salah satu
ternak tidak terinfeksi dari ternak yang lain.
Biaya yang digunakan untuk
persediaan obat apabila ternak rusa sakit adalah Rp. 20.000,-/tahun.
7.
Peralatan
Alat yang digunakan oleh masyakat
dalam memelihara rusa adalah ember, sapu lidi, sekop, arit, karung dan tali.
Table 2 Jenis dan jumlah
peralatan yang digunakan
Jenis
peralatan
|
Jumlah
|
Harga
satuan (Rupiah)
|
Ember
|
4
|
5.000,-
|
Sekop
|
1
|
25.000,-
|
Selang plastic
|
5 meter
|
5.000,-
|
Tali tambang
|
10 meter
|
3.000,-
|
Karung plastik
|
2
|
5.500,-
|
Sapu lidi
|
2
|
2.000,-
|
Arit
|
1
|
12.000,-
|
|
Jumlah total
|
127.000,-
|
G.
Aspek Pemasaran
Usaha ternak rusa timor akan menghasilkan dua macam output yaitu utama dan
sampinga. Hasil utama berupa rusa hidup atau dagingnya dan hasil
sampingan berupa kulit, tanduk, velvet dan alat kelamin.
1.
Aspek Pasar
• Segmentation (Segmentasi)
Segmentasi dari usaha peternakan ini adalah daging rusa dan hasil
sampingannya produk yang bisa dinikmati oleh semua usia dan semua kalangan,
baik atas, menengah, maupun bawah.
• Targeting (Target)
Target pasar usaha peternakan rusa
adalah masyarakat, pengrajin kulit, pembuat hiasan tanduk rusa dan pecinta
hewan eksotis di sekitar Kabupaten Merauke.
• Positioning (Penempatan)
Peternakan rusa timor memposisikan
produknya sebagai produk organik yang berkualitas, terjamin, dan sehat.
2.
Bauran Pemasaran
• Place (Saluran distribusi)
Pasar Induk Merauke adalah lokasi
strategis bagi penjualan daging rusa karena dekat dengan wilayah peternakan.
• Promotion (Promosi)
Promosi dilakukan dengan cara
menyiarkan iklan melalui RRI Kabupaten Merauke.
• Product (Produk)
Adapun produk yang ditawarkan adalah
daging rusa dengan harga Rp. 35.000,-/kg, tanduk rusa Rp. 150.000/buah,
kulit rusa Rp. 50.000/ekor, dan alat kelamin rusa jantan Rp. 200.000,-/buah.
• Price (Harga)
Harga yang ditetapkan adalah harga
yang wajar dan terjangkau bagi konsumen.
H.
Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
· Aspek Ekonomi
Di lihat dari aspek ekonomi
peternakan rusa timor menghasilkan daging rusa dan produk hasil sampingannya
yang dapat dipasarkan melalui pasar eceran. Hal ini mampu memberikan mata
pencaharian bagi orang lain yang ingin berusaha menjual daging rusa. Selain
itu, daging rusa timor juga ikut meningkatkan pendapatan daerah melalui
retribusi.
· Aspek Sosial
Tanggung jawab sosial yang dilakukan
oleh peternakan rusa timor meliputi: membuka lapangan kerja baru, meningkatkan
mutu hidup, dan memberikan pengaruh positif kepada masyarakat.
· Aspek Lingkungan
Keberadaan Peternakan rusa timor
sendiri tidak mengganggu lingkungan sekitar, karena usahanya tidak membuang
limbah dan merusak lingkungan. Limbah kotoran digunakan sebagai pupuk untuk
rumput hijauan yang ada pada lahan peternakan.
I.
Analisis Kriteria Kelayakan Usaha
1.
Net Present Value (NPV)
NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu
proyek feasible (layak) atau tidak. Perhitungan net present value merupakan
net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan opportunity cost of
capital sebagai discount factor (DF). Formula net present value adalah:
NPV yang diperoleh dari hasil
analisa ini adalah Rp 3.069.982,50,-. Hasil
perhitungan menunjukkan NPV > 0 (nol), ini berarti usaha (proyek) tersebut
layak untuk diusahakan. Apabila NPV < 0, maka suatu usaha tidak layak
dilakukan, dan jika NPV = 0 (nol) berarti berada dalam kedaan break event
point.
2.
Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu tingkat discount
rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0 (nol). Dengan demikian, apabila
hasil perhitungan IRR > Opportunity Cost of Capital (OCC), dikatakan proyek
tersebut layak, bila IRR=OCC berarti pulang pokok, dan jika IRR<OCC, maka
proyek tersebut tidak layak
IRR = 0,29 = 29%, artinya tingkat
pengembalian proyek tiap bulannya adalah sebesar 29%. Karena IRR >
Opportunity Cost of Capital (OCC) yang memiliki nilai 10% per tahun, maka usaha
tersebut layak untuk dijalankan.
3.
Net Benefit/Cost (Net B/C)
BCR merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif
(+) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-) dengan rumus
yaitu:
Karena nilai Net B/C > 1, berarti
usaha peternakan rusa timor layak untuk dilanjutkan. Berdasarkan
perhitungan, didapat Net B/C = 1,58, artinya setiap satu satuan biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan benefit sebesar 1,58 satuan biaya.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Ditinjau dari aspek pasar,
aspek manajemen, aspek legal, aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, serta
kelayakan finansialnya, usahadi Kabupaten Merauke khususnya di Distrik Kurik
layak untuk dijalankan.
Perhitungan variabel-variabel
keputusan investasi pun menunjukkan hal yang mendukung. NPV yang dihasilkan
sebesar Rp 3.069.982,50,- dengan tingkat pengembalian proyek tiap bulanya (IRR)
sebesar 29%. Selain itu, dengan nilai Net B/C sebesar 1,58 (>1), maka
usaha peternakan ini layak (feasible).
Berdasarkan kriteria berbagai aspek
kelayakan bisnis yang ada, usaha peternakan rusa timor di Distrik Kurik
kabupaten Merauke Papua layak dijalankan. Saran yang dapat diajukan untuk
peternakan ini adalah: meningkatkan produksi dengan cara meningkatkan jumlah induk
dan bibit agar produksi ternak tiap tahun meningkat cepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Merauke. 2010. Merauke dalam Angka. Merauke
Semiadi, G dan R.Taufiq Purna
Nugraha. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi.
LIPI Bogor.